Wednesday 29 April 2015

JKw dan SBY saling serang di Sosmed




Sebuah kejadian yang cukup menarik terjadi di antara dua akun media sosial milik RI-1 yang berbeda era. Akun fanpage Susilo Bambang Yudhoyono dan akun pribadi Ir H Joko Widodo.

Kedua akun tersebut memposting status yang berbicara seputar dengan kepemimpinan dan pencitraan. Yang menarik, waktu pembuatan kedua status tidak berbeda jauh. Sekitar pukul 19.00 WIB, Jumat (28/11/2014).

SBY, sapaan Susilo Bambang Yudhoyono, menulis sebuah tulisan yang terdiri dari beberapa paragraf pendek. Dengan menyelipkan beberapa pribahasa.

Berikut tulisan yang dibuat SBY di akun fanpagenya pada pukul 19.00:

Dalam politik, pencitraan itu biasa. Tapi, jika sangat berlebihan bisa menurunkan kepercayaan rakyat. "Angkuh terbawa, tampan tertinggal" *SBY*

"Diam itu emas", jika tidak perlu bicara, diamlah. "Bicara itu perak", jika harus bicara, bicaralah. Tetapi bermutu & bermanfaat.

"Tong kosong nyaring bunyinya". Akan lebih bijak jika tong yang masih kosong diisi dulu. Isilah dengan pengetahuan & pengalaman.

Permasalahan hidup, juga negara, terus datang & pergi. Yang diperlukan adalah solusi. Dapatkan solusi itu & kemudian jalankan.

Tugas pemimpin: mengatasi masalah. Pimpinlah, termasuk bekerja sama & bermusyawarah untuk mengatasi masalah. Apalagi masalah yg serius.




Selang bebarapa menit, akun Facebook Jokowi menulis sebuah tulisan yang juga berbicara tentang kepemimpinan dan pencitraan.

Berikut adalah isi tulisan akun Jokowi yang dikirim pada pukul 19.22:
Basis kepemimpinan dalam demokrasi adalah kepercayaan, dan kepercayaan itu dibangun diantaranya oleh rekam jejak, ketulusan hati dan kesungguhan dalam bekerja.

Beda antara kepemimpinan yang dipercaya dengan kepemimpinan tirani, kepemimpinan yang dipercaya diperoleh melalui kesadaran rakyat atas tujuan tujuan negara, sementara kepemimpinan tirani adalah membungkam kesadaran rakyat bisa itu dengan bayonet atau pencitraan tanpa kerja.

Dan dalam kepemimpinan saya hal paling penting adalah membangun kepercayaan rakyat dengan kesadaran penuh bahwa ada tujuan-tujuan besar negara ini menuju kemakmuran Indonesia Raya.




Entah apa gerangan yang membuat kedua pucuk pimpinan pemerintahan Indonesia ini menulis tulisa-tulisan itu.

Adu status atau sekedar kebetulan?
Anda yang menilai.

(kutipan dari : metrotv.news  28/4/15)

event akbar SOLO MENARI 24 Jam nonstop


Solo, - Hari ini, Rabu (19/4/2015) diperingati sebagai Hari Tari Sedunia. Untuk memperingatinya, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Pemkot Surakarta menggelar acara menari 24 jam tanpa henti.

Acara dimulai pagi ini pukul 06.00 WIB dan baru akan selesai pada pukul 06.00 WIB besok. Selain digelar di panggung dan jalanan, event tari juga digelar di berbagai mall di Solo.

Pembukaan peringatan Hari Tari Sedunia digelar di kampus ISI Surakarta di Jalan Ki Hajar Dewantoro, Solo. Selanjutnya acara digelar di berbagai venue di dalam kampus. Di antaranya di pendopo, teater besar, teater kecil, dan teater perahu, dan lokasi antara teater besar dan teater kecil.

Tak hanya di dalam kampus ISI, 'Solo Menari' juga akan dimerihkan di ruang-ruang publik di dalam kota. Di sejumlah mall dan citywalk ratusan penari akan tampil menyapa publik sejak Rabu siang nanti.

Puncak acara adalah tari kolosal di tengah Jalan Jenderal Soedirman, pada malam harinya. Ratusan penari profesional, siswa-siswi sekolah, hingga para murid sanggar tari terlibat dalam tari kolosal yang mengambil cerita dari epos Ramayana dengan durasi dua jam tersebut.

"Acara Solo Menari ini akan diikuti oleh 3.000 penari dari Solo maupun dari berbagai kota yang sengaja datang ke Solo untuk memeriahkan acara ini. Dalam penutupan Kamis besok akan ditandai orasi tari oleh Prof Dr Endang Caturwati dari Kemendikbud," ujar Humas ISI Surakarta, Esha Karwinarno, saat ditemui di sela-sela acara pembukaan.

Sejumlah tokoh dan penari sepuh akan hadir bergabung memeriahkan acara tersebut. Di antaranya Suwitri (Tegal), Temu (Banyuwangi), Jan Malibela (Papua Barat), Mulyani (Surakarta), Nyi KRT Sasminta Murti (Yogyakarta), dan Bulan Trisna Jelantik (Bali).

Tak cuma itu, empat penari profesioal bertekad akan menari 24 jam selama acara. Mereka adalah Alfiyanto (Bandung), Stepanus Adi Prastiwa (Sulawesi Selatan), Anggono Kusumo (Surakarta), dan Abdul Rokhim (Jakarta). ( disadur dari : detiknews)

Tuesday 28 April 2015

Mary Jane Gagal di eksekusi

Jakarta - ‎Eksekusi mati sudah dilaksanakan. 8 Terpidana mati kasus narkoba tewas di tangan regu tembak di Nusakambangan, Cilacap.

Namun dari eksekusi tahap kedua para terpidana kasus narkoba ini, ada dua terpidana mati yang urung didor di menit terakhir. Dua terpidana mati itu Serge Areski Atlaoui yang dipidana karena menjadi peracik di pabrik sabu di Cikande, Tangerang.

Serge pada Senin (27/4) diumumkan ditunda eksekusinya oleh kejaksaan. Eksekusi mati Serge ini memang mendapat banyak tentangan.

Bahkan Presiden Prancis Hollande sampai mengancam menarik duta besarnya. Penolakan juga ramai di Prancis, penyanyi Anggun C Sasmi yang kini bermukim di Prancis pun sampai ‎mengirim surat ke Presiden Jokowi.

Lepas dari soal tekanan pemerintah Prancis, jaksa beralasan, Serge melakukan gugatan ke PTUN. Gugatan ini yang menjadi dasar penundaan.

Kemudian satu terpidana mati lainnya Mary Jane warga negara Filipina. Mary Jane mendapat banyak dukungan karena dia dianggap sebagai korban trafficking. Mary Jane ditangkap karena membawa masuk narkoba ke Indonesia.

Gerakan masyarakat yang menolak Mary Jane dieksekusi tak hanya di Filipina, di Indonesia pun menyeruak. Tak kurang dari Presiden Filipina dan petinju Many Pacquiao meminta Mary Jane tak dieksekusi. Hingga akhirnya di menit terakhir jaksa menunda eksekusi.

Jaksa beralasan bukan karena tekanan, tapi karena Kristina Sergio, pelaku perdagangan manusia yang diduga terlibat dengan Mary Jane menyerahkan diri ke otoritas Filipina. Atas dasar itu, Kejaksaan Agung (Kejagung) menunda mengeksekusi warga negara Filipina itu. (sumber dari : detiknews)

Hukum Mati bagi Gembong Narkoba



Jaksa Agung M Prasetyo menegaskan Indonesia tidak akan berkompromi dengan jaringan sindikat narkoba dan tidak akan memberikan ampun bagi bandar dan pengedar narkoba.
Prasetyo menyampaikan hal ini dalam konferensi pers rencana eksekusi mati terpidana narkoba yang grasinya sudah ditolak oleh Presiden Joko Widodo. “Ini penegasan dan sinyal para sindikat narkotika, Indonesia tidak main-main,” ujarnya di Kejaksaan Agung (Kejagung)
“Kata Presiden Jokowi, tidak ada maaf bagi pengedar narkotika,” tegasnya.
Prasetyo juga menyadari bahwa hukuman mati masih menjadi pro kontra di Indonesia. Namun, meski banyak yang menolak, Prasetyo menegaskan bahwa hukuman mati masih berlaku sebagai salah satu jenis hukuman di hukum positif Indonesia.
“Saya sampaikan bahwa hukuman mati masih diatur dalam hukum positif kita. Bagaimanapun harus dilaksanakan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prasetyo mengatakan para terpidana yang akan dihukum mati adalah para pelaku kejahatan narkotika yang memiliki dampak merugikan yang luar biasa. Apalagi, lanjutnya, saat ini Indonesia menjadi pangsa pasar terbesar peredaran narkoba di Asia Tenggara.
“45 persen dari peredaran narkoba di Asia Tenggara itu ada di Indonesia,” tuturnya.
Prasetyo menjelaskan peredaran narkoba di Indonesia bukan hanya ada di kota-kota besar, tetapi juga sudah merambah ke pelosok-pelosok desa. “Korbannya sebagian besar terdiri dari anak-anak muda,” ujarnya.
Jaringan narkoba, lanjut Prasetyo, juga sudah sampai ke rumah tangga dan tempat-tempat pendidikan. Ia juga mengutip data BNN yang menyatakan bahwa 40 hingga 50 orang meninggal dunia per hari karena penyalahgunaan narkoba. “Betapa kejahatan ini harus diperangi. Kita tidak ada kompromi,” ujarnya.
Prasetyo berharap eksekusi mati bisa menimbulkan efek jera atau deterrent effect agar para pengedar dan bandar narkoba tidak lagi “bermain-main” di Indonesia.
Selain itu, Prasetyo juga meminta agar para pihak yang kontra terhadap hukuman mati bisa memahami langkah pemerintah ini. “Bagi pihak-pihak yang belum sepakat dengan hukuman mati, kiranya dapat memahami, kami hanya ingin selamatkan kehidupan bangsa,” tegasnya.
  sebelumnya, sejumlah pihak menyayangkan langkah pemerintah dalam mengeksekusi terpidana mati. Wakil Direktur Human Rights Working Group (HRWG) Choirul Anam berpendapat pemberantasan narkotika belum sampai pada tingkat membongkar jaringan mafia.
Selama ini, kata dia, yang banyak disasar adalah kurir dan pemakai. Atas dasar itu, Anam berpandangan mengeksekusi terpidana mati kasus narkotika tidak akan berpengaruh banyak pada pemberantasan narkoba. “Membongkar jaringan mafia narkotika lebih penting bagi publik ketimbang menerapkan hukuman mati,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Aktivis HAM, Usman Hamid, mengatakan sebelum melaksanakan hukuman mati pemerintah harus mempertimbangkan hak hidup setiap warga negara yang diatur UU nmr.33 thn 1999
tentang HAM. Usman mengungkapkan sejumlah penelitian menyimpulkan pelaksanaan hukuman mati diskriminatif karena yang disasar kebanyakan orang yang minim akses terhadap ekonomi, sosial dan politik.
 “Apakah pernah ada mantan pejabat negara (di Indonesia,) yang melakukan kejahatan pembunuhan atau narkotika lalu dihukum mati? Tidak ada,” tegas Usman.

Underpass solo banjir

SUKOHARJO - Jalur di Underpass Makamhaji di Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo yang merupakan penghubung dengan Kota Solo lumpuh total akibat banjir dan kerusakan jalan. Akibat kejadian tersebut terjadi pengalihan arus yang menyebabkan penumpukan kendaraan disejumlah titik.

Underpass Makamhaji yang berada di Jalan Slamet Riyadi sejak Sabtu (25/4/2015) sampai Senin (27/4/2015) belum teratasi. Sebab banjir di terowongan sangat dalam dengan ketinggian air satu meter lebih. Kendaraan tidak bisa melintas dan harus memutar arah baik dari Sukoharjo ke Solo atau sebaliknya.

Sutarmi salah satu warga Desa Makamhaji mengaku, arus kendaraan dari Solo atau sebelah Timur menuju ke Makamhaji Kartasura terpaksa diputar melalui jalur Desa Mayang ke Desa Ngemplak baru menuju ke Kartasura. Sedangkan dari Jalan Slamet Riyadi Makamhaji Kartasura menuju ke Kota Solo dilewatkan melalui pertigaan Carrefour ke trafficlight kampus UMS menuju Kleco Kota Solo. 

Selain itu juga ada pengalihan arus menuju ke jalan kampung di Gobayan dan Butulan Desa Makamhaji. Namun kondisi tersebut justru mendapatkan banyak keluhan baik pengguna jalan maupun warga sekitar.

“Jalan di Gobayan dan Butulan sudah rusak parah juga dikarenakan jadi jadi jalan alternatif masyarakat, dan sekarang dipakai lagi setelah Underpass Makamhaji banjir dan ditutup,” ujar Sutarmi.

Warga lainya, Mariman mengatakan, warga meminta kepada pemerintah pusat agar melakukan perbaikan di Jalan Gobayan dan Butulan. Sebab kerusakan tersebut juga disebabkan karena dipakai sebagai jalur alternatif.

Sementara penutupan jalan di Underpass Makamhaji membuat masyarakat mengeluh. Sebab mereka tidak tahu dan baru mengetahui saat melintas.

“Saya mau ke Solo biasanya lewat Underpass Makamhaji ini tapi sekarang ditutup karena banjir dan harus memutas jelas menyita banyak waktu,” ujar Agus Suripto salah satu pekerja.

Kepala Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi (Dishubinfokom) Sukoharjo R.M. Suseno mengatakan, pengalihan arus lalu lintas terpaksa harus dilakukan. Sebab Underpass Makamhaji ditutup total sejak tiga hari lalu akibat banjir.

Atas kejadian tersebut Dishubinfokom Sukoharjo sudah memasang rambu petunjuk arah. Selain itu juga menempatkan sejumlah petugasnya. (Ris)